Langsung ke konten utama

Inilah ladang yang tidak subur untuk menanam karma-baik

Inilah ladang yang tidak subur untuk menanam karma-baik


Persembahan atau dana yang diberikan kepada seseorang yang tidak bisa mengendalikan diri dari keserakahan kebencian dan kegelapan batin adalah persembahan yang tidak dimurnikan oleh penerima. dia adalah ladang yang tidak subur untuk menanam karma-baik. Konsekuensinya adalah bahwa benih-karma yang ditanam tidak akan menghasilkan buah-karma yang sempurna. Seorang anggota saṅgha, disamping harus mematuhi paṭimokkha, dia juga harus mempunyai gaya-penghidupan-benar. Dia hendaknya dengan bijak menempatkan dirinya semata-mata sebagai ladang bagi umat untuk menanam benih karma-baiknya. Dia tidak boleh meminta-, membujuk- atau menganjurkan-, mengisyaratkan-jenis persembahan- sesuai-yang-dia-mau, tidak menghargai benda yang dipersembahkan oleh para umat serta memberikan sesuatu kepada umat demi mendapatkan sesuatu sebagai imbalannya.
 
Hal ini adalah gaya-penghidupan-salah yang harus dihindari oleh para anggota saṅgha. Dengan demikian saṅgha tidak melukai hati para umat yang dengan penuh keyakinan sudah berbuat kebajikan.

Di dalam kitab komentar diceritakan bagaimana pelimpahan jasa yang dilakukan oleh seorang istri, bahkan sampai selama tiga kali, tidak bisa diterima oleh suaminya yang terlahir sebagai peta atau makluk alam hantu dikarenakan dia melakukan persembahan tersebut kepada anggota saṅgha yang tidak bermoral, penuh keserakahan kebencian dan kegelapan batin. Peta tersebut dengan penuh kesedihan berkata, “Seorang yang tidak bermoral telah tiga kali mencuri kekayaanku.” Kemudian, pada waktu dia melakukan persembahan kepada seorang bhikkhu yang bermoral, maka peta tersebut bisa mengucapkan, “Sadhu …sadhu…sadhu”, dan diapun keluar dari alam kehidupan peta. Moral dari cerita ini adalah bahwa seharusnya seorang anggota saṅgha bisa mengendalikan diri dari keinginan-keinginan dan tidak menganjurkan umat yang akan berdana untuk melekat kepada individu bhikkhu. Mengajarkan kemelekatan ataupun kesetiaan umat kepada vihara tidaklah juga dibenarkan. Buddha mengajarkan bahwa kemelekatan terhadap Dhamma pun harus ditinggalkan, apalagi kemelekatan terhadap hal-hal yang bukan Dhamma. Oleh karena itu maka saṅgha harus memberikan pendidikan yang benar dan bisa menjadi teladan yang baik dengan senantiasa menganjurkan umat yang akan berdana untuk tidak melekat, tidak ada fanatisme dan membimbing mereka untuk melakukan persembahan kepada saṅgha, bukan kepada individu bhikkhu. Hal ini harus dilakukan atas dasar cinta dan belas kasih semata-mata demi kesuburan karma-baik dan kebahagiaan mereka.

Dengan demikian baik benih karma maupun ladang tempat menanamnya adalah dari jenis yang berkualitas super. Persembahan seperti ini adalah yang disebut Buddha sebagai persembahan yang telah dimurnikan oleh pemberi dan penerima.

https://dhammavihari.or.id/blog/post/persembahan-jubah-kathina-sebuah-renungan

Artikel Populer