Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Arti Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta yang di Ucap Roy Kiyoshi

Arti Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta yang di Ucap Roy Kiyoshi P ernahkah anda mendengar roy kiyoshi menggunakan kata ini dalam berdoa "Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta, nah doa tersebut merupakan bagian dari doa universal agama buddha. berikut ulasannya. Arti Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta adalah  Semoga semua mahluk berbahagia, doa yang berisikan harapan agar kebahagiaan dapat dirasakan oleh semua mahluk. Kebahagiaan ini jelas bukan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Kebahagiaan sesungguhnya bukan karena terkabulnya suatu keinginan melainkan kemampuan suatu mahluk atau seseorang untuk menerima kenyataan (kemampuan menerima perbeda antara keinginan atau harapan dengan kenyataan). Semakin mudah seseorang menerima kenyataan yang sedang dihadapinya dalam arti bukan menyerah atau kalah tapi iklas, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk merasakan kebahagiaan. Apabila belum semua mahluk mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pikiran agar ia dapat menerima kenyataan, mak

Kisah Hukum Karma Buruk Membakar Vihara

Kisah Hukum Karma Buruk Membakar Vihara Murid utama Sang Buddha, Maha Moggallana Thera sedang dalam perjalanan untuk menerima dana makanan bersama Lakkhana Thera di Rajagaha. Ketika melihat sesuatu, beliau tersenyum, tetapi tidak mengataka apa-apa. Setelah tiba di vihara, Maha Moggallana Thera memberitahu Lakkhana Thera, bahwa beliau tersenyum karena beliau melihat makhluk peta dengan kepala manusia dan bertubuh ular. Sang Buddha berkata bahwa beliau sendiri telah melihat makhluk peta pada saat Beliau mencapai Penerangan sempurna. Sang Buddha juga menerangkan bahwa beberapa waktu yang lampau, ada seorang Paccekabuddha, yang dihormati oleh banyak orang. Orang-orang pergi ke vihara melewati suatu ladang. Pemilik ladang tersebut khawatir ladangnya akan rusak disebabkan oleh banyak orang lalu lalang pergi ke vihara, kemudian ia membakar vihara itu. Akibatnya Paccekabuddha harus berpindah ke tempat lain. Murid-murid Paccekabuddha menjadi sangat marah kepada pemilik ladang tersebu

Cerita Buddhis Tentang Perbuatan Baik Walaupun Kecil

Cerita Buddhis Tentang Karma Baik Berdana Walau Sedikit Sedikit Suatu waktu, seseorang yang berasal dari Savatthi, setelah mendengarkan khotbah yang disampaikan oleh Sang Buddha, sangat terkesan dan memutuskan untuk menerapkan apa yang telah diajarkan oleh Sang Buddha. Isi khotbah itu adalah memberi dana tidak hanya dilakukan oleh diri sendiri tetapi hendaknya juga menghimbau orang lain untuk melakukannya. Dengan melakukan hal tersebut, seseorang akan memperoleh banyak pahala dan memperoleh banyak pengikut pada kehidupan yang akan datang. Oleh karena itu orang tersebut mengundang Sang Buddha beserta seluruh bhikkhu yang berdiam di Vihara Jetavana untuk menerima dana makanan keesokan harinya. Kemudian orang itu pergi ke rumah-rumah tetangganya, dan memberitahu bahwa dana makanan (pindapatta) akan dilakukan keesokan hari kepada Sang Buddha beserta para bhikkhu. Oleh karena itu, siapa yang akan turut berperan-serta tergantung kepada masing-masing orang. Seorang kaya yang be

Cerita Buddhis Tentang Karma Baik Menghormati dan Menghargai Orang yang Lebih Tua

 Cerita Buddhis Tentang Karma Baik Menghormati dan Menghargai Orang yang Lebih Tua Suatu waktu terdapat dua orang pertapa yang tinggal bersama, mempraktekkan pertapaan yang keras (tapacaranam) selama bertahun-tahun lamanya. Kemudian, satu di antara dua pertapa itu meninggalkan kehidupan bertapa dan menikah. Setelah seorang anak laki-lakinya lahir, keluarga tersebut mengunjungi pertapa tua temannya dan memberi hormat kepadanya. Kepada kedua orang tua anak itu, sang pertapa berkata “Semoga kalian panjang umur”, tetapi dia tidak berkata apa-apa kepada si anak. Kedua orang tua tersebut bingung dan menanyakan kepada pertapa, apakah alasannya ia tidak berkata apa-apa kepada anak itu. Sang pertapa berkata kepada mereka bahwa anak tersebut hanya akan hidup tujuh hari lagi dan ia tidak tahu bagaimana untuk mencegah kematiannya, tetapi Buddha Gotama mungkin tahu bagaimana cara mencegahnya. Kemudian orang tua tersebut membawa anaknya menghadap Sang Buddha, ketika mereka memberi hormat ke

Kisah Hukum Karma Sebagai Penjagal Para Pencuri Selama 50 tahun

Tambadathika mengabdi kepada raja sebagai penjagal para pencuri selama lima puluh lima tahun, dan ia baru saja pensiun dari pekerjaannya. Suatu hari, setelah mempersiapkan bubur nasi di rumahnya, ia pergi ke sungai untuk mandi. Ia mempersiapkan bubur nasi itu untuk dimakannya setelah kembali dari sungai. Pada waktu Tambadathika mengambil bubur nasi, Sariputta Thera yang baru saja bangun dari meditasi Jhana Samapatti, berada di muka pintu rumahnya. Pada saat melihat Sariputta Thera, Tambadathika berpikir, “Meskipun dalam hidupku saya telah menghukum mati para pencuri, sekarang saya seharusnya mempersembahkan makanan ini kepada bhikkhu itu.” Kemudian ia mengundang Sariputta Thera untuk datang ke rumahnya dan dengan hormat mempersembahkan nasi tersebut. Setelah bersantap, Sariputta Thera mengajarkan Dhamma kepadanya, tapi Tambadathika tidak dapat memperhatikan, sebab ia begitu gelisah mengingat masa lalunya sebagai seorang penjagal. Ketika Sariputta Thera mengetahui hal ini, ia m

Kisah Hukum Karma Menjadi Hantu Berwujud Babi

Suatu ketika, saat Maha Moggalana Thera berjalan menuruni bukit Gijjhakuta bersama Lakkhana Thera, beliau melihat sesuatu yang menyedihkan, yaitu mahluk peta kelaparan, dengan kepala bewujud babi dan berbadan manusia. Melihat mahluk peta tersebut, Maha Moggalana Thera tersenyum namun tak berkata sedikitpun. Pada saat tiba di vihara, Maha Moggalana Thera menghadap Sang Buddha, membicarakan tentang mahluk peta berwujud babi yang mulutnya penuh dengan belatung. Sang Buddha mengatakan bahwa Beliau juga pernah melihat mahluk tersebut saat Beliau baru saja mencapai Ke-Buddha-an, namun Beliau tak mengatakan hal itu, karena orang-orang mungkin tidak akan percaya dan akan menyalahkan Beliau. Kemudian Sang Buddha menceritakan kisah tentang mahluk peta babi tersebut. Pada masa Buddha Kassapa, mahluk peta babi itu adalah seorang bhikkhu yang sering membabarkan Dhamma. Suatu ketika, ia mengunjungi sebuah vihara yang ditempati oleh dua bhikkhu. Setelah tinggal beberapa waktu bersama kedua bhi

Cerita Buddhis Tentang Karma Hantu Ular

Suatu ketika, Maha Moggallana Thera pergi ke bukit Gijjhakuta bersama Lakkhana Thera, Moggallana Thera melihat makhluk halus setan berwujud ular dan ia tersenyum, tetapi tidak mengatakan apapun. Ketika mereka kembali ke Vihara Jetavana, Maha Moggallana Thera bercerita kepada Lakkhana Thera di hadapan Sang Buddha perihal makhluk halus yang memiliki tubuh panjang dan dikelilingi oleh api tersebut. Sang Buddha kemudian mengatakan, setelah Beliau mencapai Penerangan Sempurna, Beliau juga telah bertemu dengan bermacam peta (hantu), tetapi Beliau tidak memberitahukan keberadaan makhluk halus itu kepada penduduk karena mungkin tidak mempercayainya, dan mereka bisa beranggapan keliru terhadap Sang Buddha. Demi kasih sayangnya terhadap semua makhluk hidup, maka Sang Buddha berdiam diri. Kemudian Beliau melanjutkan, “Sekarang aku telah mempunyai saksi yaitu Moggallana, saya akan menceritakan tentang peta ular ini.” “Pada masa hidup Buddha Kassapa, peta itu terlahir menjadi seorang pen