Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

Inilah Surga Tingkat Ketujuh : Paranimmitavatti

Paranimmitavatti Secara harafiah berarti “Alam Para Dewa yang membuat ciptaan pihak lain bermanfaat untuk tujuan-tujuan mereka sendiri”. Ini adalah saf-ketujuh / langit ketujuh dari alam Sugati. Merupakan alam Surga / Dewa sekaligus alam Sugati yang tertinggi. Namun, sejatinya, ini bukanlah alam “Sang-Pencipta-Semesta”, bukanlah “Yang-Mutlak, Yang-Tidak-Tercipta”. Enam ( 6 ), kecuali yang pertama adalah Alam Para Dewa yang bentuk tubuhnya lebih halus dan lembut dibandingkan dengan bentuk tubuh manusia dan tidak kelihatan dengan mata telanjang. Makhluk-makhluk Dewa ini juga tunduk pada kematian seperti halnya semua makhluk hidup. Alam Dewa ini dalam terminology agama samawi adalah alam-alam surga, tempat para manusia yang beramal-soleh, bajik, kelak akant terlahir, yang digambarkan seorang laki-laki akan mendapatkan hak bidadari-bidadari cantik sebagai istrinya, dan adanya aliran sungai yang dialiri air susu. Kurang lebih memang alam kesenangan ini demikian. Dalam beberapa hal, sep

Inilah Surga Tingkat Keenam : Nimmanarati

Nimmanarati Secara harafiah berarti “Alam Para Dewa yang Senang dalam Istana yang Diciptakan”. Para dewa di alam ini hidup dengan penuh kesenangan-kesenangan didalam istana yang mereka ciptakan sendiri. Layaknya bangsawan-bangsawan dan para saudagar di alam manusia, mereka hidup “mewah”, berkecukupan, berkelimpahan, mempunyai para pembantu / pelayan / pengikut. Ini adalah alam saf keenam dari alam Sugati.

Inilah Surga Tingkat Kelima : Tusita ( Tusitabhûmi )

Tusita ( Tusitabhûmi ). Secara harafiah berarti, penghuni yang berbahagia, adalah “Alam Kesenangan”. Para Boddhisatta yang telah memenuhi persyaratan-persyaratan Kebuddhaan bertempat tinggal di alam ini sampai saat yang tepat bagi mereka untuk muncul di alam manusia untuk mencapai Kebuddhaan. Tusitabhûmi adalah alam surgawi tingkat keempat. Para dewa-dewi yang hidup di alam ini senantiasa berceria atas keberadaan yang dimiliki. Semua Bodhisatta, sebelum turun ke dunia dan meraih Pencerahan Agung, terlahirkan di alam ini untuk menanti waktu yang tepat bagi kemunculan seorang Buddha. Demikian pula mereka yang akan menjadi orangtua serta Siswa Utama ( Aggasâvaka ). Sekarang ini, Bodhisatta Metteyya yang akan menjadi Sammâsambuddha setelah ajaran Buddha Gotama punah dari muka bumi ini sedang berada di alam ini. Usia rata-rata di alam ini ialah 4,000 tahun dewa atau kira-kira 567 juta tahun manusia. Saat ini Bodhisatta Metteya tengah hidup dan bersemayam di alam ini. Alam ini adalah sa

Inilah Surga Tingkat Keempat : Yama ( Yâmâbhûmi )

Yama ( Yâmâbhûmi ) Secara harafiah berarti “Alam para Dewa Yama”. Dewa Yama adalah dewa penghancur rasa sakit. Alam ini adalah saf keempat dari alam Sugati ( berarti alam surga tingkat ketiga ).   Alam ini   menjadi tempat bagi para dewa-dewi yang terbebas dari segala kesukaran, yang terberkahi dengan kebahagiaan surgawi. Pemegang kekuasaan dalam alam ini ialah  Suyâma . Alam ini berada di angkasa. Dalam alam ini dan tingkat yang lebih tinggi, tidak ada dewa-dewi yang tergolong sebagai  bhummattha  yang bertinggal di daratan. Istana, harta serta tubuh para dewa-dewi di alam ini jauh lebih indah dan halus daripada yang bertinggal di  Tâvatimsa . Rentang hidup mereka ialah 2,000 tahun dewa atau kira-kira 142 juta tahun manusia.

Inilah Surga Tingkat Ketiga Tavatimsa

Tavatimsa Alam  Tâvatimsa  adalah alam surgawi tingkat kedua. Alam ini sebelumnya / dulunya merupakan tempat tinggal para  asurakâya . Ini adalah alam Dewa saf berikutnya, saf ketiga dari alam Sugati. Secara harafiah berarti  : tiga puluh tiga.  Ini adalah alam surga dari tiga puluh tiga ( 33 ) Dewa dengan dewa Sakka sebagai rajanya. Asal-usul dari nama ‘ Tâvatimsa ‘ tersebut berkaitan dengan sejarah tiga puluh tiga relawan yang tidak mementingkan diri sendiri, yang dipimpin oleh Magha ( nama lain dari Sakka ), karena perbuatan-perbuatan baik mereka berhasil menyingkirkan para  asurakâya . , terlahir dialam surgawi iniDi dalam surga inilah Sang Buddha mengajarkan Abhidhamma kepada para Dewa selama tiga ( 3 ) bulan. Para dewa-dewi di  Tâvatimsa  terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Bhummattha : Sakka beserta 32 dewa pembesar, Âkâsattha : yang bertinggal dalam istana di angkasa. Surga Tavatimsa ini terletak di atas puncak pegunungan Himalaya, di Gunung Sineru. Maka di tradisi B

Inilah Surga Tingkat Kedua : Catummaharajika

Catummaharajika Ini merupakan alam surga yang paling rendah, saf kedua dari alam sugati, tempat Dewa-dewa Pelindung dari empat sudut cakrawala bertempat tinggal dengan para pengikut mereka. Alam  Câtumahârâjikâ  adalah suatu alam surgawi paling rendah yang berada dalam kekuasaan empat raja dewa, yakni: Dhatarattha , Virudhaka , Virûpakkha , dan Kuvera . Empat raja dewa ini juga dipercayai sebagai pelindung alam manusia, dan karenanya dikenal dengan sebutan ‘ Catulokapâla ‘. Dalam Kitab  Lokîyapakarattha , empat dewa pelindung dunia ini dipanggil sebagai Inda ( Sanskrit : Indra ) , Yama , Varuttha dan Kuvera . Berdasarkan tempat tinggalnya, para dewa-dewi tingkat  Câtumahârâjikâ  terbagi atas tiga, yaitu: Yang berada di daratan ( bhumattha ), Yang berada di pohon ( rukkha ). Dalam Kitab Ulasan atas Dhammapada dan Buddhavamsa, para dewa-dewi yang hidup di pohon dimasukkan dalam kelompok  bhummattha . Yang berada di angkasa ( âkâsattha ). Empat raja langit

Inilah Surga Tingkat Pertama : Alam Manusia (manussabhûmi)

Alam Manusia ( manussabhûmi ), Yang menyebabkan suatu makhluk terlahir dialam manusia karena memegang teguh moralitas, yaitu melaksanakan  PANCASILA : Tidak membunuh makhluk hidup apapun juga. Tidak menyiksa dan menimbulkan penderitaan makhluk-makhluk apapun juga. Tidak mencuri, tidak mengambil barang yang tidak diberikan. Tidak berbuat sex yang menyimpang ( asusila ), menyetubuhi yang bukan haknya. Tidak berbohong, memfitnah, omong kasar, memecah belah dan lain-lain. Tidak meminum minuman keras yang menyebabkan lemahnya kesadaran ( memabukkan ). Alam manusia adalah suatu campuran dari rasa sakit dan kebahagiaan. Ini adalah alam saf pertama dari alam Sugati, tempat kita sekarang ini hidup dan menetap, untuk sementara, sebelum nanti kita mati. Di alam manusia ini, kita mengalami goncangan badai kekanan dan kekiri, yang dikenal dengan “delapan-kondisi-duniawi” ( Atthalokadhamma ), yaitu : Untung ( labha ) dan Rugi ( alabha ) Terkenal ( yasa ) dan Tidak Dikenal ( ayasa )

Jenis Jenis Hantu Menurut Agama Buddha

Secara harafiah, artinya adalah makhluk-makhluk yang telah meninggal, atau makhluk-makhluk yang sama sekali tanpa kebahagiaan. Mereka bukan arwah atau setan yang tidak berwujud. Mereka memiliki bentuk tubuh yang cacat yang besarnya bermacam-macam, pada umumnya tidak terlihat dengan mata telanjang. Mereka tidak memiliki alam sendiri, tetapi tinggal di hutan-hutan, lingkungan yang kotor, didalam rumah-rumah kosong, dan lain-lain. Alam Setan ‘ Peta ‘ terbentuk atas dua kosakata, yaitu ‘ pa ‘ yang berarti ‘ke depan, menyeluruh’, dan ‘ ita ‘ yang berarti ‘telah pergi, telah meninggal’. Berbeda dengan makhluk yang berada di alam neraka yang menderita karena tersiksa, peta atau setan hidup sengsara karena kelaparan, kehausan dan kekurangan. Kejahatan yang membuat suatu makhluk terlahirkan sebagai setan ialah pencurian, dan karma-karma buruk lainnya. Seperti binatang, setan tidak mempunyai alam khusus milik mereka sendiri. Mereka berada di dunia ini dan bertinggal di tempat-tempat seperti

Jenis Jenis Neraka Menurut Agama Buddha

Niraya ( Ni + aya ; tanpa kebahagiaan )/ Neraka ( Sanskerta ) Yaitu alam keberadaan yang menyedihkan, tempat para makhluk menebus Kamma buruk mereka. Manusia yang dalam hidupnya cenderung kearah penganiayaan makhluk hidup, membunuh makhluk hidup apapun juga, dan senantiasa terjerembab dalam tindakan-tindakan jahat yang dilakukan baik oleh pikiran, ucapan, dan perbuatan, maka ia akan terlahir dialam Niraya ini. Sesungguhnya, anggapan bahwa neraka adalah tempat hidup yang kekal abadi bagi semua makhluk yang selama masa hidup sebelumnya banyak berbuat karma buruk, adalah keliru. Tidak ada yang kekal-abadi, termasuk didalam neraka sekalipun. Setelah habisnya Kamma buruk yang menyebabkan mereka “tercebur” kedalam alam penuh derita ini  ( sama-sekali tidak ada kesenangan, hanya derita yang ada ) , makhluk-makkhluk yang hidup dialam ini akan lahir kembali dalam alam-alam lain sesuai timbunan kamma-kamma mereka sendiri, yang telah mereka pupuk selama ribuan tahun rentang pengembaraannya d

Yang menyebabkan suatu makhluk terlahir di alam empat alam menyedihkan

Yang menyebabkan suatu makhluk terlahir di alam “Dugati” / empat alam menyedihkan ( disebut juga  “apaya-bhumi”  ) adalah karena : Tidak pernah Berdana ( bersedekah ) Tidak menjaga Sila ( Moralitas : Setidaknya ada lima Sila yang harus dijaga, yaitu : 1. Tidak membunuh makhluk hidup apapun juga (termasuk binatang) , 2. Tidak mengambil barang yang tidak diberikan, 3. Tidak berbuat sex yang menyimpang / tidak seharusnya ( perilaku cabul, perzinahan, dll ). 4. Tidak berucap dusta, 5. Tidak meminum minuman / obat-obatan yang menyebabkan lemahnya kesadaran ( yang memabukkan, seperti narkoba, extasy, minuman keras / beralkohol, dll. ) ) Tidak pernah mempunyai rasa hormat kepada orang-orang lain. ‘Duggati’ terbentuk dari dua kosakata, yakni ‘ du ‘ yang berarti ‘jahat, buruk, sengsara’, dan ‘ gati ‘ yang berarti ‘alam tujuan bagi suatu makhluk yang akan bertumimbal lahir’.  Duggatibhûmi  adalah suatu alam kehidupan yang buruk, menyengsarakan. Walaupun kerap dipakai se-bagai suatu padan

Dimensi Waktu Alam Dewa atau Surga

Alam manusia, menggunakan ukuran tahun yang telah diciptakan dan disepakati secara bersama-sama oleh manusia sendiri hingga saat ini, dimana satu hari adalah 24 jam, satu minggu adalah tujuh (7) hari, satu bulan adalah 31 ( atau 30 ) hari, satu tahun adalah 12 bulan. Alam para hantu ( Niraya, Petayoni, dan Asurayoni ), umumnya berusia lebih panjang daripada usia manusia dan alam hewan ( Tiracchanayoni ), bahkan ada yang mencapai jutaan tahun menurut hitungan manusia. Untuk alam surgawi, yakni alam para dewa yang hidup pada alam Kamaloka ini, maka dimensi waktu disana adalah sebagai-berikut : a). 50 tahun manusia = 1 hari 1 malam bagi alam Dewa Catummaharajika b). 100 tahun manusia = 1 hari 1 malam bagi alam Dewa Tavatimsa c). 200 tahun manusia = 1 hari 1 malam bagi alam Dewa Yama d). 400 tahun manusia = 1 hari 1 malam bagi alam Dewa Yusita e). 800 tahun manusia = 1 hari 1 malam alam Dewa Nimmanarati f). 1600 tahun manusia = 1 hari 1 malam alam Dewa Parinimmitavasavatti

Penciptaan Dan Kiamat Bumi Serta Manusia Menurut Agama Buddha

Kejadian Dan Kehancuran Bumi Serta Manusia Menurut Buddha Sasana oleh: Cornelis Wowor, M.A. ALAM SEMESTA         Menurut pandangan Buddhis, alam semesta ini luas sekali. Dalam alam semesta terdapat banyak tata surya yang jumlahnya tidak dapat dihitung. Hal ini diterangkan oleh Sang Buddha sebagai jawaban atas pertanyaan Bhikkhu Ananda dalam  Anguttara Nikaya  sebagai berikut: Ananda, apakah kau pernah mendengar tentang seribu  Culanikaloka dhatu  (tata surya kecil)? ...Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Di dalam seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu  Sineru , seribu  Jambudipa , seribu  Aparayojana , seribu  Uttarakuru , seribu  Pubbavideha , empat ribu maha samudra, empat ribu maha raja (manusia), seribu  Catummaharajika , seribu  Tavatimsa , seribu  Yama , seribu  Tusita , seribu  Nimmanarati , seribu  Parinimmitavassavatti

Solusi Kemarahan Menurut Agama Buddha

Umat Buddha Dan Solusi Kemarahan oleh: YM Bhikkhu Uttamo Khobah Dhamma di Denpasar Tanggal 15 Pebruari 1994. TIPE UMAT BUDDHA         Dapat diterangkan di sini bahwa tipe atau jenis umat Buddha itu ada bermacam-macam. Jenis kelompok umat yang pertama adalah:  Umat Buddha KTP . Jadi ke mana-mana disombongkan: "Ini lho, KTP saya: Buddhis!" Kalau mereka ditanya, bagaimana riwayat Sang Buddha? Jawabnya: "Ah, itu bukan urusan saya. Itu urusannya para bhikkhu dan para Dharmaduta. Pokoknya saya Buddhis". Ditanya viharanya di mana. Jawabnya: "Bukan urusan saya. Itu urusannya orang-orang yang mau jadi bhikkhu". Ditanya buku parittanya apa, dijawab: "Buku paritta bukan urusan saya. Saya susah membaca paritta". Paritta apa saja yang dihafal? Jawabnya: "Untuk apa menghafal paritta? Lidah saya keseleo-keseleo!" Jadi kamu Buddhis-nya apa? "K-T-P! Toh kalau KTP-nya Buddhis, juga bisa masuk surga, cukup". Kalaupun mau ditambah sed