Langsung ke konten utama

Istana Bagi Seorang Istri yang Setia Menurut Ajaran Buddha

Istana Bagi Seorang Istri yang Setia Menurut Ajaran Buddha

Sang Buddha menuturkan kisah ini ketika Beliau sedang berdiam di hutan Jeta yang
didanakan oleh Anāthapiṇḍika di Sāvatthi. Ada seorang wanita yang tinggal di Sāvatthi, ia adalah seorang istri yang setia dan sikapnya sangat menyenangkan bagi suaminya. Ia juga memiliki kesabaran dan kemampuan melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Dia tidak meledak-ledak walaupun ia sedang marah dan tidak pernah berkata kasar. Dia selalu berkata
jujur, penuh keyakinan dan kesetiaan, dan sering berdana berdasarkan kemampuannya.
Karena terkena penyakit tertentu, ia kemudian meninggal dan terlahir di alam dewa tingkat
dua (Tāvatiṁsa).

Suatu ketika bhante Mahā Moggallāna berkunjung ke alam dewa tersebut, saat
beliau melihat sang dewi sedang menikmati kesenangan dan kemasyhurannya, beliau
mendatanginya. Dengan dikelilingi oleh 1000 dayang-dayang dan dipenuhi oleh perhiasan,
dia memberi hormat kepada bhante Mahā Moggallāna dengan bersujud di kaki beliau dan kemudian berdiri di salah satu sisinya.

Kemudian sang bhante bertanya kepada sang dewi tentang perbuatan berjasa apa yang telah dilakukannya dengan berkata:

1. “Burung-burung surgawi (bangau, merak, angsa, dan kakak tua bersuara merdu)
berterbangan di atas istana yang menakjubkan dan dipenuhi oleh bunga yang beraneka ragam, dan juga dilayani oleh dewa dan dewi.

2. Kau dewi yang agung berdiam di sini dan menggunakan kekuatan super normalmu
untuk mengganti-ganti penampilanmu ketika para bidadarimu menari, menyanyi, dan
bersorak-sorai kepadamu.

3. Kau telah mendapatkan kekuatan super normal dewa, Oh dewi yang agung.
Perbuatan berjasa apakah yang kau lakukan ketika kau berada di alam manusia? Akibat
perbuatan apakah sehingga kau bersinar begitu cemerlang dan mempunyai kulit yang
memancarkan cahaya ke segala penjuru?”

Sang dewi merasa sangat senang ditanya demikian oleh bhante Mahā Moggallāna,
dan dia pun menjelaskan perbuatan berjasa yang dilakukannya dengan berkata:

1. “Ketika saya berada di alam manusia, saya adalah seorang istri yang setia, bahkan
tidak pernah terpikir olehku tentang laki-laki lain. Seorang penyayang, bagaikan seorang ibu kepada anaknya; bahkan ketika marah, saya tidak berkata kasar.

2. Teguh dalam kejujuran, meninggalkan kata-kata dusta, saya juga suka berdana dan
berpembawaan ramah. Dengan hati yang penuh keyakinan saya mendanakan makanan dan minuman dengan cara yang layak, memberikan apa yang berlimpah.

3. Akibat perbuatan itulah saya mempunyai kulit seperti ini, karena perbuatan itulah
saya terlahir di sini dan bermunculannya semua kesenangan seperti yang saya dambakan.

4. Saya katakan itulah, Oh bhante yang Agung, perbuatan berjasa yang telah saya
lakukan ketika saya berada di alam manusia.

Sekembalinya dari sana, bhante Mahā Moggallāna menghadap Sang Buddha; dan
setelah beliau memberi hormat, beliau mengatakan tentang percakapannya dengan sang dewi. Sang Buddha melihat bahwa hal ini perlu dijelaskan dan Beliau pun mengajarkan Dhamma kepada semua orang yang sedang berkumpul di sana. Begitu mereka mendengar
penjelasan Sang Buddha mengenai hal ini, mereka menjadi condong kepada praktik-praktik kebajikan seperti berdana, menjalankan sila, dan meditasi, yang semuanya akan mengkondisikan mereka menuju alam bahagia.

Cerita ini terdapat di Kitab Sutta-Pitaka, Khuddaka Nikāya, Vimāna-vatthu I. 11,
(Exposition of The Faithful Wife’s Vimāna). Namun cerita ini diambil dari kitab komentarnya, yaitu kitab komentar dari cerita makhluk peta (Paramattha-dīpanī nāma Vimānavatthu-aṭṭhakathā), Pīṭha Vagga no 11, hal. 80, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Peter Masefield, dibantu oleh N. A. Jayawickrama. The Pali Text Society, London, 1989. Printed by Antony Rowe Ltd., Chippenham, Wiltshire.

Artikel Populer