Dalam pengertian Buddhis dinyatakan bahwa segala bentuk pertemuan di dunia ini tentu ada sebabnya. Menjadi anggota keluarga, teman, tetangga, tinggal di negara, benua bahkan di bumi yang sama tentu ada sebabnya. Salah satu sebab yang disebutkan adalah karena saling memiliki ikatan kamma.
Sedikitnya ada dua jenis ikatan kamma. Pertama adalah ikatan kamma yang timbul karena adanya rasa sayang, suka atau cinta. Ikatan kamma seperti ini akan menghasilkan kebahagiaan, kesenangan dan kedamaian ketika bertemu atau berkumpul dengannya.
Kedua, adalah ikatan kamma yang timbul karena adanya kebencian, dendam maupun permusuhan. Pertemuan dengan mereka yang memiliki ikatan kamma berdasar kebencian ini akan menghasilkan penderitaan, kejengkelan, penyesalan dsb.
Kedua, adalah ikatan kamma yang timbul karena adanya kebencian, dendam maupun permusuhan. Pertemuan dengan mereka yang memiliki ikatan kamma berdasar kebencian ini akan menghasilkan penderitaan, kejengkelan, penyesalan dsb.
Maka ketika seseorang berkumpul sebagai orangtua atau anak, tentu ada sebabnya yaitu, salah satunya, adanya ikatan kamma.
Ketika anak tertentu memberikan rasa tidak nyaman dan kurang bahagia dibandingkan dengan anak yang lain, maka mungkin saja penyebab pertemuan sebagai anak dan orangtua adalah karena ikatan kamma yang berisi permusuhan.
Ketika anak tertentu memberikan rasa tidak nyaman dan kurang bahagia dibandingkan dengan anak yang lain, maka mungkin saja penyebab pertemuan sebagai anak dan orangtua adalah karena ikatan kamma yang berisi permusuhan.
Oleh karena itu, upaya untuk sering membaca kotbah Sang Buddha tentang cinta kasih yaitu Karaniyametta Sutta adalah tindakan yang sangat tepat dan baik. Kebencian memang hanya akan berakhir dengan cinta kasih. Memancarkan terus menerus pikiran cinta kasih kepada anak, kiranya akan dapat membantu menyelesaikan ikatan kamma yang ada.
Apabila dirasa sudah cukup lama membaca sutta cinta kasih namun belum menunjukkan hasil yang sesuai harapan, hendaknya usaha ini dilanjutkan dengan merenungkan, ‘Sudah membaca sutta cinta kasih pun masih ada permusuhan antara orangtua dengan anak, apalagi kalau menghentikannya’. Dengan pengertian ini diharapkan semakin besar semangat untuk melanjutkan pembacaan sutta cinta kasih terutama saat sedang timbul rasa tidak nyaman dengan anak tersebut.
Mungkin akan lebih baik orangtua justru melakukan pemikiran tentang jalinan komunikasi orangtua dan anak yang telah dilakukan selama ini. Sering terjadi, perilaku anak yang kurang sesuai terhadap orangtua ditimbulkan karena komunikasi orangtua dan anak yang kurang sehat. Orangtua kurang mampu memahami maksud anak, begitu pula sebaliknya. Bila hal ini sebagai penyebab, maka tingkatkan waktu untuk berkomunikasi efektif dengan anak sehingga orangtua sekaligus dapat menjadi sahabat untuk anak-anaknya.
Selain pengaruh komunikasi orangtua dan anak yang kurang sehat, perilaku anak yang kurang baik mungkin saja timbul akibat teman pergaulan anak yang tidak sesuai. Bila hal ini sebagai penyebab, maka orangtua harus berusaha memberikan pengarahan kepada anak agar lebih bijaksana memilih teman yang sesuai. Teman yang sesuai adalah teman yang mampu membawa peningkatan kualitas moral dan perilaku anak menuju hal yang lebih baik.
Ada baiknya juga mencari fihak ketiga yang didengar saran maupun nasehatnya oleh anak. Fihak ketiga ini misalnya kakek atau nenek atau anggota keluarga lainnya. Mintalah bantuan kepada mereka untuk menasehati anak. Biasanya. dengan nasehat orang yang dihormati, seseorang akan lebih mudah mempertimbangkan dan mengubah perilakunya.
Tentu saja masih banyak hal lainnya yang mungkin perlu diperbaiki dalam lingkungan pergaulan maupun komunikasi dengan anak. Juga jangan lupa bahwa pertumbuhan badan, penambahan usia juga dapat membawa pengaruh pada perubahan perilaku anak. Oleh karena itu, jangan terlalu cepat dan mudah menyimpulkan ‘ciong’ sebagai penyebab rengganggnya hubungan antara orangtua dan anak.
- https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/tanya-jawab-dengan-bhikkhu-uttamo-01/