Yang menyebabkan suatu makhluk / seseorang terlahir di alam dewa di keenam alam dewa lingkup-keindriaan / Kamadhatu ( Catummaharajika, Tavatimsa, Yama, Tusita, Nimmanarati, Paranimmitavatti ), maka ia harus berlatih dan menjalani hal berikut :
1. Mempunyai “hiri”, yaitu : Rasa malu untuk berbuat jahat.
2. Mempunyai “ottapa”, yaitu : Takut akan akibat perbuatan jahat.
Saat menjadi manusia, maka seseorang harus berlatih / mempraktekkan dhamma dengan baik, maka ia akan terlahir di alam-alam Dewa lingkup-keindrian, ditunjang dengan hiri dan ottapa. Disamping hal-hal itu, dengan berdoa kepada Dewa tertentu, dengan merenungkannya setiap saat, maka seseorang akan terlahir di alam surga tempat dewa tersebut berada. Inilah yang menyebabkan lahirnya agama-agama yang “menyandarkan” diri kepada suatu sosok Dewa atau Maha-Dewa sebagai “Penolong”, atau “Juru-Selamat”nya. Bukan hal yang salah, tetapi hanya tidak akan pernah bisa membebaskan makhluk yang bersandar tersebut dari “samsara”, paling tinggi hanya akan terlahir di alam tempat Dewa tersebut saat ini berada.
Sesungguhnya ada tiga macam deva atau dewa, yaitu :
1. Upattideva: Dewa sebagai makhluk surgawi berdasarkan kelahirannya,
2. Sammutideva: Dewa berdasarkan persepakatan atau perandaian misalnya raja, permaisuri, pangeran dan sebagainya,
3. Visuddhideva: Dewa yang suci terbebas dari segala noda batin yang tidak lain ialah Arahanta.
Dewa yang dimaksud dalam pembahasan ini hanyalah merujuk pada pengertian yang pertama, Upattideva, yakni makhluk surgawi yang mengenyam kenikmatan inderawi. Makhluk surgawi pada hakekatnya adalah TIDAK-KEKAL ( Anicca ), sama dengan makhluk-makhluk lainnya di ke-31 alam kehidupan ini ( kecuali dialam Brahma ke-12, Suddhavasa, alam tempat tinggal para Anagami. Karena dialam ini para Anagami akan menyempurnakan dirinya untuk merealisasi Ke-Buddha-an / Ke-Arahat-an ).
Mereka bisa mati karena salah satu dari empat sebab:
1. Habisnya usia,
2. Habisnya kebajikan,
3. Terlena dalam kenikmatan hingga lupa makan,
4. Murka, cemburu / irihati.
Menurut ajaran Sang Buddha, alam surga di mana para dewa-dewi bertempat tinggal dalam kurun waktu yang berbatas [tidak kekal, tidak selamanya] terbagi menjadi enam alam, yaitu:
1. Cãtummahãrãjika,
2. Tãvatimsa,
3. Yãma,
4. Tusita,
5. Nimmãnarati,
6. Paranimmitavasavatti