Mengapa bhikkhu berkepala gundul dan berjubah kuning?
Setiap orang yang menjadi bhikkhu harus rela dan bersdia meninggalkan keindahan maupun kemewahan duniawi. Ia harus hidup dengan sederhana sekali. Kebutuhan hidupnya terbatas pada hal-hal yang pokok. Karena itu, dalam kehidupannya, selain kesederhanaan, segi kepraktisan juga merupakan hal penting bagi seorang bhikkhu. Bagi seorang bhikkhu, dengan berkepala gundul akan terlihat lebih praktis dan sederhana daripada berambut panjang.
Dengan berkepala gundul, seorang bhikkhu tidak perlu terlalu memperhatikan segi perawatan rambut yang biasa harus dilakukan oleh kebanyakan orang dengan pomade dan sebagainya. Mengenai jubahnya yang berwarna demikian, ada cerita singkat berikut ini.
Hal ini berkaitan denngan situasi dan kondisi pada zaman Buddha dahulu. Pada waktu itu, jubah para bhikkhu jauh lebih sederhana daripada jubah para bhikkhu pada zaman sekarang. Untuk keseragamannya diusahakan untuk memakai warna tertentu. Warna yang mudah didapat dengan cara sederhana pada waktu itu adalah warna kuning kecoklat-coklatan. Warna ini dapat diperoleh melalui penggodokan bagian dari tumbuh-tumbuhan atau tanaman tertentu yang kemudian ke dalam air godokannya itu dicelupkanlah jubah untuk mendapatkan warna yang dikehendaki itu. Kemudian, sesuai dengan tradisi, para bhikkhu pada zaman sekarang mengenakan jubah dengan warna yang serupa.
Setiap orang yang menjadi bhikkhu harus rela dan bersdia meninggalkan keindahan maupun kemewahan duniawi. Ia harus hidup dengan sederhana sekali. Kebutuhan hidupnya terbatas pada hal-hal yang pokok. Karena itu, dalam kehidupannya, selain kesederhanaan, segi kepraktisan juga merupakan hal penting bagi seorang bhikkhu. Bagi seorang bhikkhu, dengan berkepala gundul akan terlihat lebih praktis dan sederhana daripada berambut panjang.
Dengan berkepala gundul, seorang bhikkhu tidak perlu terlalu memperhatikan segi perawatan rambut yang biasa harus dilakukan oleh kebanyakan orang dengan pomade dan sebagainya. Mengenai jubahnya yang berwarna demikian, ada cerita singkat berikut ini.
Hal ini berkaitan denngan situasi dan kondisi pada zaman Buddha dahulu. Pada waktu itu, jubah para bhikkhu jauh lebih sederhana daripada jubah para bhikkhu pada zaman sekarang. Untuk keseragamannya diusahakan untuk memakai warna tertentu. Warna yang mudah didapat dengan cara sederhana pada waktu itu adalah warna kuning kecoklat-coklatan. Warna ini dapat diperoleh melalui penggodokan bagian dari tumbuh-tumbuhan atau tanaman tertentu yang kemudian ke dalam air godokannya itu dicelupkanlah jubah untuk mendapatkan warna yang dikehendaki itu. Kemudian, sesuai dengan tradisi, para bhikkhu pada zaman sekarang mengenakan jubah dengan warna yang serupa.