Ketika kitab suci pertama kali dituliskan, kertas belum ditemukan di India atau Sri Lanka. Dokumen biasa, seperti surat, kontrak, akun, dan akta dituliskan di kulit hewan, lembaran logam tipis, atau daun lontar. Umat Buddhis tidak suka menggunakan kulit hewan dan menuliskannya di atas lembaran logam akan menjadi mahal dan tidak praktis, jadi digunakanlah daun lontar. Setelah daun lontar dipersiapkan dengan cara tertentu, semuanya diikat bersama dengan tali dan diletakkan di antara dua lapis kayu yang membuatnya praktis dan tahan lama, seperti buku modern. Ketika Buddhisme menyebar ke Cina, kitab tersebut dituliskan di atas sutera atau kertas. 500 tahun kemudian, kebutuhan untuk memproduksi lebih banyak salinan kitab menyebabkan penemuan percetakan. Buku cetakan tertua di dunia adalah terjemahan bahasa Cina dari salah satu khotbah Sang Buddha yang diterbitkan tahun 828 masehi.
Cerita | Informasi | Perkembangan | Ajaran Buddha