Penting untuk dicatat bahwa agama Buddha tidak mensyaratkan bahwa penganutnya harus botak. Botak pada umumnya adalah simbol dari praktik kehidupan keagamaan di beberapa tradisi Buddha, tetapi tidak diterapkan secara universal di seluruh dunia atau dalam semua aliran agama Buddha.
Botak dalam konteks agama Buddha umumnya berkaitan dengan para biksu atau biksuni, yang adalah penganut yang telah memilih untuk hidup dalam komunitas monastik dan mengabdikan diri mereka untuk mencapai pencerahan atau kebangkitan spiritual. Mereka mengikuti serangkaian presepsi atau hukum monastik, dan salah satu dari peraturan tersebut adalah mencukur kepala untuk menunjukkan kesederhanaan dan penolakan terhadap kesenangan duniawi. Tindakan ini dimaksudkan untuk membebaskan diri dari ikatan dunia material dan memfokuskan pikiran pada praktik meditasi dan pencapaian pencerahan.
Namun, penting untuk diingat bahwa praktik dan aturan ini mungkin bervariasi tergantung pada tradisi agama Buddha yang dianut oleh para biksu atau biksuni. Beberapa aliran Buddha mungkin tidak mewajibkan para penganutnya untuk mencukur kepala atau memiliki tradisi khusus lainnya.
Lebih penting lagi, agama Buddha, pada akar filosofisnya, lebih fokus pada ajaran dan praktik untuk mencapai pencerahan, pemahaman atas kehidupan, dan pembebasan dari penderitaan, daripada pada aspek fisik seperti botak atau tidaknya. Semua praktik dalam agama Buddha harus dipahami dalam konteks ajaran dan tujuannya untuk mencapai kedamaian batin dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan dan kenyataan.