Secara harafiah, artinya adalah makhluk-makhluk yang telah meninggal, atau makhluk-makhluk yang sama sekali tanpa kebahagiaan. Mereka bukan arwah atau setan yang tidak berwujud. Mereka memiliki bentuk tubuh yang cacat yang besarnya bermacam-macam, pada umumnya tidak terlihat dengan mata telanjang. Mereka tidak memiliki alam sendiri, tetapi tinggal di hutan-hutan, lingkungan yang kotor, didalam rumah-rumah kosong, dan lain-lain.
Alam Setan ‘Peta‘ terbentuk atas dua kosakata, yaitu ‘pa‘ yang berarti ‘ke depan, menyeluruh’, dan ‘ita‘ yang berarti ‘telah pergi, telah meninggal’. Berbeda dengan makhluk yang berada di alam neraka yang menderita karena tersiksa, peta atau setan hidup sengsara karena kelaparan, kehausan dan kekurangan. Kejahatan yang membuat suatu makhluk terlahirkan sebagai setan ialah pencurian, dan karma-karma buruk lainnya. Seperti binatang, setan tidak mempunyai alam khusus milik mereka sendiri. Mereka berada di dunia ini dan bertinggal di tempat-tempat seperti hutan, gunung, tebing, lautan, kuburan, dan sebagainya. Beberapa jenis setan mempunyai kemampuan untuk menyalin rupa dalam wujud seperti dewa, manusia, pertapa, binatang, atau hanya menampakkan diri secara samar-samar seperti bayang-bayang gelap dan lain-lain.
Setan terbagi menjadi empat jenis, yakni:
- Yang hidup bergantung pada makanan pemberian orang lain dengan cara penyaluran jasa dan sebagainya (paradattupajîvika),
- Yang senantiasa kelaparan, kehausan dan kekurangan (khuppîpâsika),
- Yang senantiasa terberangus (nijjhâmataóhika),
- Yang tergolong sebagai iblis atau makhluk yang suram (kâlakañcika).
Jenis yang pertama itu dapat menerima pelimpahan jasa karena mereka bertempat tinggal di sekitar atau di dekat manusia, sehingga dapat mengetahui pemberian ini dan beranumodanâ [menyatakan kebahagiaan atas kebajikan yang diperbuat oleh makhluk lain]. Apabila mereka tidak tahu kalau ada pelimpahan jasa dan tidak beranumodanâ, pelimpahan jasa ini tidak dapat diterima. Orang yang pada saat-saat menjelang kematian mempunyai kemelekatan yang amat kuat pada kekayaan, harta benda, sanak-keluarga, dan sebagainya niscaya akan terlahirkan di alam setan ini.
Dalam Vinaya dan Lakkhaóa-samyutta, disebutkan adanya 21 macam setan, yaitu:
- Yang hanya bertulang tanpa daging (aööhisaõkha-sika),
- Yang hanya berdaging tanpa tulang (maõsapesika),
- Yang berdaging benjol (maõsapióòa),
- Yang tak berkulit (nicchavirisa),
- Yang berbulu seperti pisau (asiloma),
- Yang berbulu seperti tombak (sat-tiloma),
- Yang berbulu seperti anak panah (usuloma),
- Yang berbulu seperti jarum (sûciloma),
- Yang berbulu seperti jarum jenis kedua (duti-yasûciloma),
- Yang berpelir besar (kumbhaóòa),
- Yang terbenam dalam tahi (gûthakûpanimugga),
- Yang makan tahi (gûthakhâdaka),
- Yang berjenis betina tanpa kulit (nicchavitaka),
- Yang berbau busuk (duggandha),
- Yang bertubuh bara api (ogilinî),
- Yang tak berkepala (asîsa),
- Yang berperawakan seperti bhikkhu,
- Yang berperawakan seperti bhikkhunî,
- Yang berperawakan seperti calon bhikkhunî (sikkhamâna),
- Yang berperawakan seperti sâmanera,
- Yang berperawakan seperti sâmanerî.
Sementara itu, Kitab Lokapaññatti serta Chagatidîpanî menyebutkan adanya 12 macam setan, yaitu:
- Yang makan ludah, dahak dan muntahan (vantâsikâ),
- Yang makan mayat manusia atau binatang (kuópâsa),
- Yang makan tahi (gûthakhâdaka),
- Yang berlidah api (ag-gijâlamukha),
- Yang bermulut sekecil lubang jarum (sûcimukha),
- Yang terdorong keinginan tiada habis (taóhaööita),
- Yang bertubuh hitam pekat (sunijjhâmaka),
- Yang berkuku panjang dan runcing (satthaõga),
- Yang bertubuh sangat besar (pabbataõga),
- Yang bertubuh seperti ular piton (ajagaraõga),
- Yang menderita di siang hari tetapi menikmati kesenangan surgawi di malam hari (vemânika),
- Yang memiliki kesaktian (mahiddhika).