Apakah mendapatkan anak dengan cara "bayi tabung" tidak bertentangan dengan agama Buddha?
Jika kita membicarakan sesuatu itu bertentangan atau tidak dengan agama Buddha, kita harus berpedoman pada Dhamma dan Vinaya (Sila).
Usaha mendapatkan anak dengan cara "bayi tabung" sebagian besar berdasarkan persetujuan atau kehendak kedua belah pihak (suami dan istri). Perbuatan demikian tidak melanggar Vinaya, yaitu tidak melanggar sela pertama atau sila ketiga dari Pancasila Buddhis. Hal itu melanggar sedikit Dhamma (yaitu Chanda atau keinginan untuk berbuat). Dalam hal ini keinginan untuk mendapatkan anak demikian akan menimbulkan dukkha. Di samping itu jika kita renungkan hal itu lebih mendalam, orang yang mendapatkan anak dengan cara "bayi tabung" tersebut sebenarnya memiliki juga Kusala-Dhamma (yaitu Metta atau Cinta Kasih) karena ia memberikan kesempatan kepada Patisandhi Vinnana (kesadaran/jiwa yang bertumimbal lahir) untuk muncul di alam manusia sebagai makhluk manusia. Ini persis seperti ia memberikan kesempatan kepada tamu untuk mengunjungi rumahnya, walaupun rumahnya itu merupakan rumah kontrakan atau bukan rumah sendiri. Yang dimaksud dengan tamu di sini adalah Patisandhi Vinnana (kesadaran/jiwa yang bertumimbal lahir). Yang dimaksud rumah kontrakan di sini adalah kehamilan melalui tabung. Yang dimaksud dengan rumah sendiri adalah kehamilan secara normal (tidak melalui tabung).
Kesimpulannya ialah bahwa mendapatkan anak melalui cara "bayi tabung" tidak bertentangan dengan agama Buddha.
Jika kita membicarakan sesuatu itu bertentangan atau tidak dengan agama Buddha, kita harus berpedoman pada Dhamma dan Vinaya (Sila).
Usaha mendapatkan anak dengan cara "bayi tabung" sebagian besar berdasarkan persetujuan atau kehendak kedua belah pihak (suami dan istri). Perbuatan demikian tidak melanggar Vinaya, yaitu tidak melanggar sela pertama atau sila ketiga dari Pancasila Buddhis. Hal itu melanggar sedikit Dhamma (yaitu Chanda atau keinginan untuk berbuat). Dalam hal ini keinginan untuk mendapatkan anak demikian akan menimbulkan dukkha. Di samping itu jika kita renungkan hal itu lebih mendalam, orang yang mendapatkan anak dengan cara "bayi tabung" tersebut sebenarnya memiliki juga Kusala-Dhamma (yaitu Metta atau Cinta Kasih) karena ia memberikan kesempatan kepada Patisandhi Vinnana (kesadaran/jiwa yang bertumimbal lahir) untuk muncul di alam manusia sebagai makhluk manusia. Ini persis seperti ia memberikan kesempatan kepada tamu untuk mengunjungi rumahnya, walaupun rumahnya itu merupakan rumah kontrakan atau bukan rumah sendiri. Yang dimaksud dengan tamu di sini adalah Patisandhi Vinnana (kesadaran/jiwa yang bertumimbal lahir). Yang dimaksud rumah kontrakan di sini adalah kehamilan melalui tabung. Yang dimaksud dengan rumah sendiri adalah kehamilan secara normal (tidak melalui tabung).
Kesimpulannya ialah bahwa mendapatkan anak melalui cara "bayi tabung" tidak bertentangan dengan agama Buddha.