Telah menjadi kebiasaan umat beragama termasuk umat Buddha untuk melakukan upacara kematian. Upacara ini mempunyai manfaat utama memberikan kondisi kebahagiaan untuk almarhum apabila ia terlahir di salah satu alam yang mampu menerima upacara pelimpahan jasa dalam perkabungan. Selain itu, upacara kematian juga memberikan manfaat untuk keluarga almahum. Biasanya kehadiran teman dan kerabat ketika seseorang sedang berduka akan menimbulkan harapan baru serta dukungan moral yang diperlukan. Dengan demikian, keluarga yang ditinggalkan akan menjadi lebih tabah dan tenang menghadapi kenyataan berpisah selamanya dengan orang yang dicintai.
Upacara perkabungan dalam tradisi Buddhis boleh dilakukan setiap saat. Biasanya setelah seseorang berbuat baik, ia dapat melimpahkan jasa kebajikan kepada mereka yang sudah meninggal. Pelimpahan jasa ini bahkan bisa diulang-ulang dalam sehari. Namun, secara tradisi yang banyak berlaku dalam masyarakat, upacara perkabungan dapat dilakukan pada hari ketiga, ketujuh atau bahkan kelipatan tujuh, serta masih ada beberapa kebiasaan lainnya. Umat Buddha diperkenankan mengadakan upacara perkabungan sesuai dengan tradisi masyarakat tempat ia tinggal. Agama Buddha tidak memberikan batasan maupun keharusan waktu penyelenggaraan upacara perkabungan tersebut.
Sumber : Tanya Jawab Bhikkhu Uttamo.Pdf
Upacara perkabungan dalam tradisi Buddhis boleh dilakukan setiap saat. Biasanya setelah seseorang berbuat baik, ia dapat melimpahkan jasa kebajikan kepada mereka yang sudah meninggal. Pelimpahan jasa ini bahkan bisa diulang-ulang dalam sehari. Namun, secara tradisi yang banyak berlaku dalam masyarakat, upacara perkabungan dapat dilakukan pada hari ketiga, ketujuh atau bahkan kelipatan tujuh, serta masih ada beberapa kebiasaan lainnya. Umat Buddha diperkenankan mengadakan upacara perkabungan sesuai dengan tradisi masyarakat tempat ia tinggal. Agama Buddha tidak memberikan batasan maupun keharusan waktu penyelenggaraan upacara perkabungan tersebut.
Sumber : Tanya Jawab Bhikkhu Uttamo.Pdf