Adalah kenyataan indah bahwa umat Buddha hidup dan tinggal berdampingan dengan umat beragama lain bahkan dengan mereka yang tidak beragama sekalipun. Menyikapi kondisi tersebut, umat Buddha hendaknya mampu bertindak bijaksana. Umat Buddha haruslah menyadari bahwa dasar seseorang memilih suatu agama adalah karena kecocokan, bukan karena ia telah membuktikan kebenaran agama yang telah ia pilih dan kesalahan agama yang tidak ia pilih. Kebenaran suatu agama sesungguhnya sulit untuk dibuktikan. Salah satu contoh sederhana tentang hal itu adalah keyakinan bahwa ketika meninggal dunia, seseorang dengan agama tertentu akan terlahir di surga. Keyakinan ini timbul hanya karena ada pernyataan dalam kitab suci suatu agama, bukan karena pengalaman pribadi mereka yang menjalankan agama tersebut. Oleh karena itu, hingga saat ini, kiranya belum pernah terjadi ada orang yang telah meninggal dunia kemudian ia hidup kembali untuk menceritakan kepada kerabatnya tentang pengalaman ketika ia berada di surga dengan bekal agama tertentu dan ia kemudian berpamitan untuk meninggal lagi.
Dengan demikian, pemahaman akan surga setelah meninggal dunia ini lebih banyak berdasarkan kepercayaan belaka. Kalau memang demikian halnya, tentu tidak seharusnya terdapat orang-orang yang berusaha menjelekkan agama lain atau mempertentangkan kebenaran isi kitab suci agama masing-masing dengan tujuan untuk menarik umat sebanyak-banyaknya ke dalam agamanya. Jadi, dalam pandangan Agama Buddha, setiap orang mempunyai hak penuh untuk memilih agama yang paling sesuai dan cocok dengan dirinya. Suatu agama disebut cocok apabila setelah seseorang mengikuti agama tersebut ia kemudian menjadi orang yang lebih baik dalam bertindak, berbicara maupun berpikir. Semakin lama ia mengikuti agama tersebut, semakin baik dan bermoral pula perilakunya. Menyadari bahwa agama adalah untuk memperbaiki perilaku seseorang, maka tentu tidak ada satu fihakpun yang berhak mengagamakan orang lain yang telah beragama. Biarlah setiap orang mempunyai kebebasan dalam menentukan agama sebagai pedoman hidupnya.
Dengan demikian, pemahaman akan surga setelah meninggal dunia ini lebih banyak berdasarkan kepercayaan belaka. Kalau memang demikian halnya, tentu tidak seharusnya terdapat orang-orang yang berusaha menjelekkan agama lain atau mempertentangkan kebenaran isi kitab suci agama masing-masing dengan tujuan untuk menarik umat sebanyak-banyaknya ke dalam agamanya. Jadi, dalam pandangan Agama Buddha, setiap orang mempunyai hak penuh untuk memilih agama yang paling sesuai dan cocok dengan dirinya. Suatu agama disebut cocok apabila setelah seseorang mengikuti agama tersebut ia kemudian menjadi orang yang lebih baik dalam bertindak, berbicara maupun berpikir. Semakin lama ia mengikuti agama tersebut, semakin baik dan bermoral pula perilakunya. Menyadari bahwa agama adalah untuk memperbaiki perilaku seseorang, maka tentu tidak ada satu fihakpun yang berhak mengagamakan orang lain yang telah beragama. Biarlah setiap orang mempunyai kebebasan dalam menentukan agama sebagai pedoman hidupnya.