Umat Buddha tentunya sama dengan umat beragama lain yaitu mempunyai masa-masa bahagia maupun menderita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Namun, umat Buddha mempunyai cara yang berbeda untuk menanggapi semua kenyataan hidup tersebut. Umat Buddha mengerti dan menyadari bahwa timbulnya segala suka dan duka dalam kehidupan adalah karena pikiran sendiri. Ia akan berbahagia ketika keinginannya tercapai. Sebaliknya, ia akan menderita ketika keinginan tidak tercapai. Dengan demikian, timbulnya semua perasaan suka dan duka sangatlah tergantung pada keinginan sendiri. Apabila keinginan dapat dikendalikan, tentu suka dan duka pun dapat dikuasai.
Untuk itulah, umat Buddha harus rajin berlatih meditasi mengembangkan kesadaran agar ia selalu waspada atas segala bentuk pikiran yang muncul. Kesadaran terus menerus setiap saat inilah yang akan mampu mewujudkan ketenangan serta kebahagiaan lahir dan batin. Adapun keinginan berbagi kisah dengan (arca) Sang Buddha, bisa saja dilakukan oleh umat walaupun sama sekali tidak dianjurkan dalam Agama Buddha. Arca atau patung Sang Buddha sesungguhnya adalah sarana penghormatan dan peringatan atas segala perjuangan yang telah Beliau lakukan untuk kebahagiaan semua mahluk. Seorang umat Buddha ketika bersujud hormat di depan arca Sang Buddha hendaknya ia mempunyai pemikiran untuk meneladani dan meniru segala tindakan kebajikan yang telah pernah Beliau lakukan. Berkomunikasi ataupun berbagi kisah dengan (arca) Sang Buddha dianggap tindakan yang tidak bermanfaat dan cenderung menjadikan arca Sang Buddha sebagai "pribadi" yang masih hidup. Hal ini tentu kurang bijaksana untuk dijadikan kebiasaan walaupun tindakan tersebut mungkin dapat menimbulkan rasa bahagia karena merasa telah berbagi denganNya. Umat Buddha lebih disarankan untuk melatih mengembangkan kesadaran saat muncul dan tenggelamnya bentuk-bentuk pikiran. Latihan inilah yang akan menghasilkan kebebasan seorang umat Buddha dari ketamakan, kebencian serta kegelapan batin.
Sumber : Tanya Jawab Bhikkhu Uttamo.Pdf
Untuk itulah, umat Buddha harus rajin berlatih meditasi mengembangkan kesadaran agar ia selalu waspada atas segala bentuk pikiran yang muncul. Kesadaran terus menerus setiap saat inilah yang akan mampu mewujudkan ketenangan serta kebahagiaan lahir dan batin. Adapun keinginan berbagi kisah dengan (arca) Sang Buddha, bisa saja dilakukan oleh umat walaupun sama sekali tidak dianjurkan dalam Agama Buddha. Arca atau patung Sang Buddha sesungguhnya adalah sarana penghormatan dan peringatan atas segala perjuangan yang telah Beliau lakukan untuk kebahagiaan semua mahluk. Seorang umat Buddha ketika bersujud hormat di depan arca Sang Buddha hendaknya ia mempunyai pemikiran untuk meneladani dan meniru segala tindakan kebajikan yang telah pernah Beliau lakukan. Berkomunikasi ataupun berbagi kisah dengan (arca) Sang Buddha dianggap tindakan yang tidak bermanfaat dan cenderung menjadikan arca Sang Buddha sebagai "pribadi" yang masih hidup. Hal ini tentu kurang bijaksana untuk dijadikan kebiasaan walaupun tindakan tersebut mungkin dapat menimbulkan rasa bahagia karena merasa telah berbagi denganNya. Umat Buddha lebih disarankan untuk melatih mengembangkan kesadaran saat muncul dan tenggelamnya bentuk-bentuk pikiran. Latihan inilah yang akan menghasilkan kebebasan seorang umat Buddha dari ketamakan, kebencian serta kegelapan batin.
Sumber : Tanya Jawab Bhikkhu Uttamo.Pdf